SEGERA BERGABUNG DI POKER757 SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA YANG AMAN DENGAN MINIMAL DEPOSIT Rp25.000 DAN MINIMAL WITHDRAW Rp50.000, MENYEDIAKAN 8 GAME DALAM 1 AKUN : BANDAR66(BARU) , BANDARQ , POKER , BANDAR POKER , DOMINOQQ , CAPSASUSUN , ADUQ , SAKONG^^ , YANG PASTI FAIR PLAY TANPA BOT !!.

Penyesalan Yang Nikmat nan Candu

No Comments

Hmmhh.... Umh...”

“Clep, clak, hmmmhh...”

Itulah suara yang sedang kami keluarkan, aku dan pacarku, Arina.

“Hmmh... Akh...!” Arina menjerit kecil.

“Fad!” Teriak Arina kepadaku.


“Tapi kan Rin... Ini udah waktunya... Kita udah pacaran hampir lebih 6 bulan loh. Masa pegang dada kamu aja gak mau.” Seruku.

“Ih Fadliii... Kan kata aku, aku gak mau kamu gituin aku. Lagian sebenernya-“ Seru Arina terpotong.

“Iya deh maaf. Gak akan aku lakuin lagi deh.” Permintaan maaf ku pada Arina.

“Udah deh. Aku mau pulang.” Seru Arina sambil merapikan jilbabnya, lalu mengelap bibirnya yang basah akibat ciumannya denganku.

“Oke...” Dengan wajah murungku, aku bangun dan beranjak ke pintu kelas yang ku kunci dari dalam kelas ku.

“Kcrek” Suara kunci pintu terbuka.

“Tunggu sebentar...” Seruku.

Setelah kubuka kunci pintu, lalu kubuka sedikit demi sedikit pintu dan melihat sekeliling, dan sepertinya tak ada seorang pun di luar.

Setelah memastikan keadaan di luar, aku pun menggenggam tangan Arina dan menariknya keluar dari ruang kelas dengan langkah yang sangat hati-hati. Lalu ku suruh Arina untuk duluan dan aku mengunci lagi pintu kelasku setelahnya aku menyusul Arina.

Diperjalanan pulang, tidak ada hentinya aku mengucapkan permintaan maaf pada Arina karena aku melihat wajah cemberut yang dikeluarkan oleh Arina. Walaupun begitu, Arina tak merespon sedikit pun hingga akhirnya kita berpisah jalan.

Setelah aku sampai rumah, aku pun menelpon Arina tetapi tak kunjung diangkatnya, ku chat sosial medianya, tak kunjung ada balasan juga sampai tiba hari esok.

...Setelah kejadian hari kemarin, Arina sangat susah ku hubungi dan saat kusambangi kelasnya dia pun tak ada. Saat ku tanya pada teman kelasnya, ternyata Arina jatuh sakit dan tak datang ke sekolah. Lalu aku kembali ke kelasku dan duduk dimejaku.

Aku pun sangat bingung dan melamun karena apa yang harus kulakukan selanjutnya setelah apa yang terjadi pada hari kemarin, sampai teman dekatku Haikal menyadarkanku dari lamunanku.
“Oi bro! Pinjem kunci dong.” Haikal bilang.

“Oh. Nih... Mau gituan ya sama si Citra.” Seruku.

“Haha... Iya. Ah lu tau aja.” Timpal Haikal.

“Hhh... Lu enak ya bro. Baru pacaran 1 bulan aja cewek lu udah mau gituan sama lu.” Keluhku.

“Eh... Bukan gitu, doi gua emang binal dari sononya. Liat aja pakeannya aja ketat-ketat gitu.

Lagi pula, dia udah gak berdarah kok bro. Makanya dia gampang maunya.” Timpal lagi Haikal.

“Iya sih. Gak kayak doi gua. Dia emang keliatan... Alim banget. Gua rayu buat cium aja ngabisin 1 bulan baru mau, itu pula pas udah jadian ke-4 bulan.” Keluhku lagi.

“Ahahahaha! Sabar aja bro, nanti juga dapet. Udah dulu ya, gua mau nemuin dulu si Citra, dia kalo sebelum gua tidurin maunya dijajanin es krim dulu. Dah bro, makasih kuncinya, ntar besok gua kembaliin.” Haikal bilang, lalu pergi keluar kelas.

Ahh.... Apa seharusnya aku pacaran sama cewek yang kayak Citra ya? Tapiii... Aku udah terlalu suka sama si Arina. Arrgh...

Dan hari pun berlalu terasa melelahkan karena pikiran mumetku hari ini.

Hari baru pun dimulai, ku pergi ke sekolah dengan hati yang sangat gundah karena belum mendapat kabar lagi dari pacarku, Arina.

Sampai saat diperjalanan, hpku berdering dan itu sms dari Arina dengan isinya yang berkata dia ingin bertemu denganku sepulang sekolah dan dia juga bilang jangan menemuinya sebelum pulang sekolah. Itu membuatku bingung dan melamun hingga lagi lagi Haikal menyadarkanku.

“Eh bro! Ngelamun aja! Mikirin Arina ya? Gak segitunya juga kali, gara-gara mau entot Arina tapi gak kesampean, nanti malahan kerasukan lagi.” Seru Haikal.

“Ah elu!” Seruku.

“Nih, kuncinya.” Kata Haikal sambil memberikan kunci pintu kelas padaku.

“Enak ya hah? Abis di cas kemarin!” Seruku.

“Ahaha... Iya dong, seger nih.” Kata Haikal.

“Ya udah lah, kalo gua gak bisa nidurin si Arina, gimana kalo gua ikutan nidurin si Citra aja.” Seruku.

“Mmmm... Boleh, kalo si Citra emang mau sama cowok lain mah, oke oke aja.” Haikal bilang.

“ASLI?! Padahal gua cuma becanda tadinya.” Seruku.

“Ntar ya, gua coba tanya dulu.” Kata Haikal.

Dan beberapa saat kemudian Haikal memperlihatkan chat dia dengan pacarnya Citra yang isinya, Citra menyutujuinya dan bilang hari ini pun bisa. Wah asik nih seruku dalam hati.

“Eits... Tapi inget bro, sesajennya sama lu gak boleh nidurin dia sendiri, harus ma gua.” Ingat Haikal.



“Iya iya...”

Dan akhirnya sekolah pun berakhir. Aku pun mendapatkan sms dari Arina yang isinya menyuruhku untuk datang ke kelasnya. Oleh karena itu, aku pun langsung mendatanginya di kelasnya.

Saat ku sampai di kelas Arina, aku mendapatkan Arina sendirian di kelas dengan aura kelas yang sangat kelam dan membuat hatiku juga tak enak.

“H, hai Rin...” Sapa ku agak gugup.

“...” Arina hanya terdiam sambil melirik kearahku.

Aku pun menghampirinya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi sambil melihat Arina membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas miliknya. Setelah itu aku duduk di samping Arina dan kami hanya terdiam dalam beberapa menit, tanpa ada pergerakan sedikit pun. Tak lama...

“Fad!” Kata Arina dengan sedikit lantang sambil melirik mataku dalam-dalam.

“i,.iya Rin!” Dan aku pun merespon dengan agak terkejut.

Setelah itu, kami pun terdiam lagi selagi mata kita bertemu, dan Arina tetap menyelami mataku dengan matanya yang agak sayu itu. Tak lama Arina mengambil napas dalam-dalam dan lalu ia menatap mataku lagi.

Dengan perasaan gugup aku mempersiapkan diri untuk mendengarkan apa yang akan Arina katakan.

“Kita putus aja Fad...” Seru Arina dengan tegasnya.

Mataku pun dibuat melotot dan bengong karena mendengar perkataan Arina yang begitu seriusnya di telingaku.

Aku pun tetap bengong sampai Arina akhirnya menggendong tasnya lalu pergi tanpa berkata apapun. Sehingga membuatku tersadar dan menggapai tanganya yang mungil itu. Arina pun terhenti dan melirik padaku sambil mencoba melepaskan genggaman tanganku di tanganya.

“Lepasiinn!” Seru Arina.

“Tapi, kenapa Rin?!” Tanya ku.

“Lepasin dulu!” Teriak Arina.

Secara spontan, aku pun melepaskan tangannya.

“...” Arina terdiam.

“Jadi... Kenapa?” Ku tanya lagi.

“Kamu tau?! Sebenernya aku gak suka kamu minta cium. Aku udah gak tahan. Selama 1 bulan terakhir ini, aku bertahan karena aku emang sayang sama kamu, tapi ternyata kamu tetep gak ngerti aku kalo aku gak suka di cium. Apalagi yang terakhir kemarin, kamu malah lebih ngelunjak mau raba-raba dada aku.

Jadi, sebenernya kamu mau tubuh aku atau cinta aku? Kamu sayang gak sama aku? Atau sayang tubuh aku aja?! Hah?! JAWAB!” Arina meledak sejadi-jadinya.

“A... Aku...” Aku pun susah berkata-kata.

Dan tak lama aku melihat air mengalir dari mata Arina sambil tetap memandang ku dengan tajamnya.

“Ma, maaf... Aku kan udah bilang maaf kemarin, sama... Aku udah bilang gak akan gituin kamu lagi kan?

Aku... Aku bener-bener minta maaf kalo gak nyadarin itu semua, aku... Janji gak bakalan macem-macem lagi.

Aku... Bener-bener sayang sama kamu...” Aku pun meminta maaf sambil mencoba mengusap air mata Arina dengan jari ku tetapi ditangkisnya.

“Itu... Udah terlambat.”

Sambil tetap mencucurkan air mata Arina berpaling dan berlari dengan sangat kencangnya yang membuat aku tak mau mengejarnya karena, aku mengerti dia tak ingin melihat ku... Setidaknya aku ingin mempercayai itu hanyalah untuk saat ini.

Aku pun menundukkan kepala sambil berpikir apa yang harus ku lakukan selanjutnya untuk membuat Arina percaya padaku lagi, tak lama, hpku berdering dan mendapat chat dari Haikal yang isinya dia menyuruhku untuk cepat menemuinya di kelas kami. Aku pun bergegas ke sana.

Setelah sampai kusapa Haikal dan bertanya ada apa, dan melihat Citra pun ada di kelas.

“Ada apa, ada apa? Bukannya elu mau ketemu si Citra kan?” Seru Haikal.

“Hah? Apa maksud lu?” Tanya ku bingung.

“Ih... Bukannya kamu bilang kamu mau nyobain aku kan?” Tanya Citra.

“Iya nih. Gua udah kasih sesajennya dulu, nanti lu ganti ya.” Kata Haikal menimpal.

Aku pun diam sejenak untuk berpikir apa yang sedang terjadi saat ini, dan pada akhirnya aku teringat bahwa aku meminta Haikal untuk mencicipi sedikit tubuh Citra.

“Oh... Oh... Iya, sori, gua lupa. Tadi ada urusan jadi kelupaan.” Kata ku.

“Ah... Udah lah, ayo cepet masuk sebelum ada yang liat.” Ajak Haikal.

“Umm.. Tapi sori nih ya. Gua lagi ada masalah, jadi agak nggak mood, nanti lagi lah...” Pinta ku.

“Oooohhh... Tapi kalo pikiran lagi mumet malah lebih enak loh nanti ml-nya.” Kata Citra.

“Iya. Udah lah kita have fun aja kalo lu emang lagi di serang masalahmah. Nanti enakkan kalo udah ml mah.” Rayu Haikal.

Dengan segala pertimbangan, mungkin apa yang dikatakan Haikal dan Citra ada benarnya. Dan pada akhirnya aku pun menyetujui untuk melakukannya hari ini dan kami bertiga pun masuk kedalam kelas dan menguncinya seperti biasa jika Aku dan Haikal akan melakukan sesuatu yang luar biasa di dalam kelas kami.

Setelah Aku, Haikal dan Citra berada dalam kelas dan memastikan pintu terkunci dengan benar, aku pun langsung gugup bahwa hari ini, pada detik ini aku akan melakukan seks untuk pertama kalinya walaupun tidak dengan orang yang kucintai.

“Eh bro, tapi gua punya peraturan main nih.” Seru Haikal.

“Apa nih?” Tanya ku.

“Pertama, kita main gak pake kondom, jadi kontrol diri kalo pas maen di selangkangan, jangan sampe crot dalem. Kedua lu gak boleh cium bibir Citra, tapi jilat daerah lain boleh asal gak muka.” Jelas Haikal.
“Umm... BJ boleh gak nih?” Tanya ku lagi.

“Boleh gak say?” Tanya Haikal kepada Citra.

“Boleh, boleh aja sih.” Jawab Citra.

“Udah ngerti kan lu? Kalo gitu gua mulai ya. Ayo say...” Seru Haikal.

Begitu Haikal memberi aba-aba, Citra melakukan pemanasan dengan menggoda kita para cowok, dengan membuat muka wajah yang menggoda sambil menjulur-julurkan lidahnya.

Citra pun meremas dadanya sendiri dan mendesah dengan centilnya. Aku pun hanya dapat menelan ludahku karena Haikal belum mempersilahkan ku untuk menggerayangi tubuh Citra. Haikal pun tetap menonton aksi Citra dengan seksama.

“Udah keras belum nih? Ahh...” Tanya Citra diiringi desahannya yang sangat menggoda.

“Citra pun semakin menggila, dia mencubit-cubit pentil susunya sendiri dari luar seragam sekolahnya sampai membuat pentil susu Citra mengeras dan membuatnya tercetak jelas di seragamnya. Dan tak lama, Haikal yang sudah tak sabar dia langsung memeluk Citra dan mencium bibirnya sembari tangan kirinya meremas-remas dada Citra. Aku pun tetap hanya menonton karena Citra sedang didominasi oleh Haikal.

“Ahh... Mmmh.. Iya terus sayang... Ah terus remes, aaahh...” Desah Citra yang dadanya terus digerayangi oleh Haikal.

“Ah, aku udah gak sabar say.” Seru Haikal.



Haikal pun melepas seluruh kancing seragam Citra dan melepas seragam Citra dari tubuhnya lalu terlihatlah dua bongkah payudara yang ukurannya tidak biasa untuk ukuran remaja se usia Citra, kedua tangan ku pun pasti tak akan sanggup menggenggam satu bagian pun dadanya Citra. 

Setelah Haikal melepas seragamnya Citra, Haikal langsung melahap puting susu Citra yang berwarna coklat muda itu dengan lahapnya. Dengan suara erotis yang dihasilkan dari sedotan Haikal di puting susu Citra, Citra pun berusaha menahan desahannya karena jika terlalu keras, suara pergumulan ini akan terdengar keluar.

“Hmmnhh... Ahh...” Desah Citra.

“Aaahh... Seger banget bro... Nih giliran lu, pasti udah gak sabar kan?” Seru Haikal.

Haikal pun menjauh dari Citra yang disandarkan di dinding dengan posisi menyandar berdiri. Setelah itu, aku pun mendekati Citra.

“Sini sayang... Kamu mau aku kan?” Goda Citra.

Diriku pun tergoda dan langsung membenamkan wajahku di dada Citra yang sangat besar itu.

“Hihi... Kamu lucu deh Fad.” Seru Citra.

Aku pun menggesek-gesekkan wajahku di dada Citra dan membuat Citra sedikit mendesah, setelah itu aku menyedot puting susunya Citra dengan sangat gila.

“Ahhhhh.... Fad, kamu, kekencengan... Ahh...” Desah Citra.

Setelah mendengar keluh Citra aku pun berhenti dan langsung mengeluarkan tongkatku.

“Woow... Gede juga ya punya kamu Fad.” Seru Citra.

“Eh, sabar dong bro, yang mulai duluan harusnya gua.” Keluh Haikal.

Aku punya menurut dan mundur tanpa kata, dan Haikal pun membuka seluruh pakaiannya dan menghampiri Citra yang posisinya masih berdiri. Lalu Haikal pun menyuruh Citra untuk bersimpuh dan menyodorkan tongkatnya ke depan mulut Citra dan Citra pun langsung mengulum tongkat Haikal yang sudah mengeras.

“Cplok. Slurp... Slurp... Cplak. Cplok..” Terdengar suar yang lucu dari kuluman Citra.

Tak berapa lama, Haikal menyuruh Citra berhenti dan menyuruhnya berdiri, lalu Haikal pun melepaskan segala sesuatu yang menempel di tubuh Citra hingga tak bersisa satu pun benda yang menutupi tubuh sempurna Citra.

Lalu Haikal pun membalikkan tubuh Citra hingga mengahadap dinding dan membuat Citra menunggingkan pinggulnya sedikit sambil tanganya bertumpu pada dinding. Setelah dalam posisi, Haikal pun memposisikan tongkatnya tepat berada di pintu masuk kenikmatan milik Citra. Dan tak berapa lama ,‘clep’ masuklah tongkat keras Haikal ke dalam liang nikmat Citra.

“Aahh....” Desah Citra.

Haikal pun mendiamkan dahulu tongkatnya merasakan desakan dinding liang Citra.

“Ahh... Walaupun udah berapa kali, tetep kewalahan aku kemasukan kontol kamu say.” Seru Citra.

“Haha... Aku mulai ya say.” Seru Haikal.

Dan ‘aaahhh...’, Citra pun mendesah dari goyangan pertama Haikal, seperti memang Citra sangat menikmati keberadaan tongkat Haikal menusuk dirinya.

“Ah... Ah... Ah... Terus say, nikmat...” Desah dan racau Citra.

“Argh.... Memek kamu emang mantep say.” Racau Haikal.

Dan Haikal pun terus dan terus memaju mundurkan pinggulnya untuk membuat gesekkan nikmat.

Sampai akhirnya Haikal mengeluarkan tongkatnya dan memberiku kesempatan yang dari tadi hanya mengocok punyaku dengan tangan karena permainan mereka membuatku tidak sabar.

“Hhhh... Nikmat brooo... Nikmatilah memek pacar gua selagi bisa. Haha...” Kata Haikal.

Aku pun langsung mendekati Citra tanpa berkata apa pun dan menidurkan Citra di atas meja yang sudah diatur agar lumayan lebar untuk menahan manusia yang berbaring.

Aku pun mengangkangkan kaki Citra dan akan kumasukkan sambil melihat tubuh Citra yang sedang berbaring terbalut keringat. Citra pun yang sudah tak sabar memegang tongkat ku dan mengarakanya tepat di pintu masuk.

“Cepet Fad... Aku udah pengen keluar nih...” Pinta Citra.

Tanpa banyak cing cong, aku pun langsung tinggal memajukan pinggulku karena Citra telah memposisikannya dan ‘clak’, masuklah tongkat ku untuk pertama kalinya kedalam liang kenikamatan yang disebut vagina itu.

“Arrghhh....” Desahku.

“AAAAHHH...” Desah Citra.

“Wah... Baru kali ini Citra mendesah gak ketahan kayak gitu. Pasti enak banget ya kontol Fadli ya say?” Seru Haikal.

“Ah... Iya nih say. Tapi tenang aja, hatiku Cuma milik kamu ko.” Kata Citra.

Setelah beberapa saat merasakan vagina Citra sambil mendengar percakapan Haikal bersama Citra, aku pun memulai pergerakkanku dan membuat Citra kewalahan.

“Ahhh... AH... AH... AH AH AH AH AHHH....” Desah Citra yang sangat hebat.

“Argghh... Argghh...” Aku pun mendesah atas kenikmatan yang telah liang Citra berikan.

Tak lama, mungkin hampir 5 menit, Haikal menghentikanku dan menyuruh untuk melakukan gangbang dan Haikal ingin menggunakan vagina, dan aku akan menggunakan mulutnya Citra. Dalam posisi yang tetap terbaring, Citra akan melahap dua penis sekaligus, di dalam vagina dan mulutnya.

Setelah semua dalam posisi, Haikal pun memulai tusukannya dan diikuti olehku memasukkan penisku kedalam mulut Citra walaupun agak sedikit memaksa karena sepertinya penisku terlalu besar di mulutnya.

“Hummphhh...” Desah Citra yang tertahan karena penisku.

Haikal dan aku pun memulai kocokannya dengan sangat beringas, dan membuat Citra kewalahan sampai membuatnya kejang-kejang.

Tak lama Haikal keluar di luar vagina Citra dan aku pun yang sudah kuat menahan spermaku pun ingin mengeluarkannya segera.

“Hmmph...” Desah Citra.

“Argh... Argh... A, aku... ARRGHHH...” Aku pun keluar di dalam mulut citra.

“Hmmmphh....” Desah Citra.

“Eh FAD!” Seru Haikal.

Dengan nikmatnya, aku pun mengeluarkan seluruh sperma ku di dalam mulutnya Citra.

“Ah sial lu bro. Gua aja belom pernah keluar dalem mulutnya.” Gerutu Haikal.

“Ah... Sori bro, enak soalnya. Jadi gak nahan.” Jelasku.

Lalu, aku pun mengeluarkan penisku dari dalam mulut Citra dan terlihat Citra seperti agak mual dan langsung meludahkan sperma yang disemburkan ke dalam mulut Citra ke lantai kelas.

“Ohok... Fad, tega kamu dikeluarin dalem mulut, uhk...” Keluh Citra.

“Sori... Sori...” Kataku.

Setelah itu, kami pun membereskan semuanya, dan istirahat dulu sejenak dengan pakaian sudah lengkap kembali. Kami pun berbincang di tenga istirahat kami.

“Eh bro. Kalo boleh nanya, ada masalah apa sih?” Tanya Haikal.

Dengan wajah ku tundukkan, aku pun menjawab dengan berat.

“Gua, diputusin bro.” Jawab ku.

“Apa?! Jadi lo diputusin?” Tanya Haikal.

“Iya, gara-gara dia gak mau gua cium, apalagi lebih, dan kemarin pas gua mau nyoba mau remes yang ngebuat dia ngambek banget.” Jelasku.

“Mantes aja agak murung. Tapi abis ngentot si Citra enakkan kan sekarang?” Tanya Haikal lagi.

“Iya dong, dan karena hal ini gua jadi punya ide.” Seruku.

“Apa tuh?” Tanya Haikal.

“Gua besok mau yakinin Arina kalo gua sayang banget dan gak mau lepasin dia.” Jelasku.

“Oh bagus tuh.” Seru Haikal.

“Tapi...” Seruku.

“Tapi?” Haikal dan Citra yang mendengar bingung.

“Kalo dia tetep gak mau, dan tetep milih ninggalin gua, ya udah, gua perkosa aja.” Jelasku.

“Apa?! Kamu cukup gila juga ya Fad.” Seru Citra.

“Haha... Boleh tuh boleh...” Seru Haikal.

“Ih... Kamu juga sama gilanya. Hihi...” Kata Citra.

“Tapi, gua mau lu bantuin gua bro.” Seruku.

“Hmm... Boleh sih.” Timpal Haikal.

“Eh...” Seru Citra.

“Boleh ya say? Kasian si Fadli. Dia pengen banget tuh nyicipin si Arina. Iya kan Fad?” Kata Haikal.

“Iya. Soalnya gua udah bayangin hidup gua sama si Arina, ya tentu dengan semua adegan seksnya, tapi ya kalo dia mau balikan sama gua, gua harus sabar sampe nikah, kalo gak ya itu, rencana merkosa si Arina.



Yang penting gua rasain tubuhnya kalo dia nolak balikan.” Jelasku.

“Hoo... Gitu ya. Ya udah, bantuin gih si Fadli.” Kata Citra.

“Oke.” Seru Haikal.

Lalu kami pun pulang.

...Dan akhirnya, hari baru pun datang, dan hari dimana takdir Arina akan ditentunkan oleh dirinya sendiri.

Arina pun menyutujui untuk bertemu denganku di kelasnya dan sama seperti kemarin, kelasnya sepi.
“Ada apa?” Tanya Arina dengan malasnya.

“Aku... Mau kita balikkan Rin. Aku bener-bener mau serius sama kamu Rin.” Pintaku.

“Ihh... Kan kata ku udah terlambat. Semuanya udah terlambat. Ngerti kamu?!” Arina merespon dengan amarahnya.

“Bener kamu? Yakin? Gak bakal nyesel?” Ancamku.

“Nyesel?” Tanya Arina.

“Bro!” Seruku.

Dan Haikal pun datang mendekati Arina dan aku...

back to top